Menyiasati Hukum Alam

Seri SOBAT - Semua Orang Bisa Hebat - Artikel #050



Bahkan seekor ulat harus menjadi kepompong dulu sebelum menjelma menjadi kupu-kupu yang indah” HIG

Menjelang usainya Outbound Great Performing Team, para manager dalam team mereka masing-masing melakukan evaluasi menyeluruh. Selama pelatihan ketiga team telah melakukan 16 outdoor assignments yang berbeda, dengan tingkat kesulitan dan kompleksitas yang bervariasi. Keunggulan nilai terjadi silih berganti diantara ketiga team. Bila pada hari kedua dan ketiga dijumpai beragam kesalahan dan banyak kegagalan, maka pada hari keempat ketiga team mulai tampak stabil kinerjanya, tidak banyak dijumpai kesalahan atau keteledoran yang mendasar. Keberhasilanpun lebih banyak diperoleh.

Namun sesuatu telah terjadi terhadap team Kuning yang pada paruh pertama hari terakhir memimpin perolehan nilai, ternyata tidak berhasil keluar sebagai pemenang di akhir pelatihan sore itu. Ternyata Team Merah-lah yang menjadi juara. Mereka berhasil menyusul dan kemudian mengambil alih keunggulan nilai secara keseluruhan.

“Aduuuuhh, sayang sekali! Kenapa kita akhirnya kalah ya?” sesal seorang anggota Team Kuning.
“Iya… Padahal kita sudah bekerja dengan baik dan juga berhasil?” sahut rekannya.
“Dari kemarin sore sampai tadi siang kita masih leading lho…! Kok bisa ya…?”
“Yaaah…, berarti Team Merah lebih baik dari kita sekarang.” simpul rekan lainnya, mencoba menerima kekalahan mereka.
“Wah, kalo gitu kita terlena dong!”

Memang tampaknya demikian.
Mari kita kembali melihat 6 tahap kehidupan dalam 3 fase perkembangan sebuah team. Perhatikan kembali Kurva “S” / Kurva Kehidupan dan diagram Tahap Perkembangan Team.

Keberhasilan demi keberhasilan yang membawa Team Kuning unggul hingga menjelang hari terakhir telah menuntun mereka memasuki Fase Matang. Terbiasa dengan pola yang sudah terbukti efektif, mereka enggan mencari pola-pola baru. Mereka bahkan takut mencoba cara maupun metoda lain karena takut gagal sehingga membuat nilai mereka akan dilewati lawan. Mereka merasa lebih aman dan juga nyaman dengan pola yang sudah terbentuk dengan susah payah selama ini. Mereka memang terlena, dan kini tampaknya pasrah.

Dilain pihak, Team Biru dan terutama Team Merah yang selalu tertinggal nilainya, tetap berusaha keras mencari cara baru karena tidak merasa puas dengan cara-cara yang sudah mereka terapkan selama ini. Semangat mereka juga semakin terpacu karena tingkat keberhasilan mereka dari waktu ke waktu sudah makin tinggi, walau belum dapat mengungguli kedua team pesaing. Dan upaya mereka ternyata berbuah manis.

Persoalannya adalah bagaimana dengan nasib Team Merah nantinya. Tidakkah mereka akan mengalami nasib serupa mengingat hal itu sudah menjadi hukum alam. Bukankah semua kehidupan (team juga sebuah kehidupan) juga akan menjadi tua dan akhirnya mati? Haruskah mereka menerima nasib itu?

Team memang sebuah kehidupan karena memiliki dinamika dan unsur-unsur hidup yang saling berinteraksi dalam sebuah kesatuan. Bedanya, team adalah kehidupan yang diciptakan oleh manusia dengan meniru kehidupan yang diciptakan oleh Tuhan dan memang dikehendaki olehNYA. Oleh karena itu terbuka kemungkinan yang disediakan juga olehNYA berupa hukum alam lainnya yang dapat kita pelajari dan tirukan yaitu fenomena Metamorphosis yang terjadi pada beberapa makhluk hidup seperti katak atau kupu-kupu.

Ambil misal kehidupan kupu-kupu.

Kupu-kupu dapat dikatakan mengalami dua kali kehidupan setelah dua kali dilahirkan. Yang pertama ia memulai hidup pertamanya sebagai ulat setelah menetas dari telurnya dengan rupa yang buruk bahkan menakutkan serta bersifat merusak, dan memasuki kehidupan kedua kalinya setelah menjelma dari kepompong menjadi makhluk indah bersayap yang kita sebut kupu-kupu yang berguna bagi kehidupan.

Kedua kehidupan itu berbeda total tanpa menyisakan bekas-bekas kehidupan sebelumnya seakan mereka memang dua makhluk yang berbeda. Bahkan jika tidak diberitahu sebelumnya atau mempelajarinya, tentu kitapun akan mengira demikian.

Totalitas perbedaan itu dapat kita lihat sebagaimana daftar dibawah ini :

Gambaran kurva kedua kehidupan mereka dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Dapat kita amati bahwa kehidupan ulat akan berakhir bila ia tidak merubah dirinya menjadi kupu-kupu melalui proses ‘kepompongisasi’. Perlu dicatat bahwa ulat tidak dapat serta merta berubah menjadi kupu-kupu, melainkan harus melalui proses transisi sebagai kepompong terlebih dahulu. Selain itu ulat memulai proses kepompongisasi pada saat puncak pertumbuhannya, bukan ketika dia sudah mulai sekarat.

Belajar dari metaphora ini, kitapun tentu dapat menciptakan kehidupan baru bagi team berkinerja hebat melalui proses kepompongisasi – kita sebut saja masa transisi. Dan proses perubahan yang total ini jamak disebut sebagai proses TRANSFORMASI.

NEXT TOPICS

  • Berpikir 'DAN' bukan 'ATAU'
  • Berpikir Induktif
  • Berpikir Ekstrapolatif
  • Mental KERE
  • Kompromi Bukanlah Win-Win
  • Gagal itu juga Sukses!
  • Tujuan Nan Takkan Pernah Gagal
  • QUIZ Sobat
  • Konsep WEIJI
  • Jangan Menghormati PERBEDAAN!

Very Inspiring Video

Recent Comments