Seri SOBAT - Semua Orang Bisa Hebat - Artikel #023
Persaingan yang kuat untuk membuktikan team masing-masing sebagai yang paling solid dan berkinerja tinggi ternyata menghadapi kenyataan yang tak seindah kata-kata. Kerjasama atau gotong royong yang kita percayai telah merupakan budaya dan telah mendarah daging dalam jiwa anak negeri ini (ini kata pelajaran PPKn di SD) menemui kenyataan yang lain di lapangan.
Siang itu, banyak anggota Team Biru tampak lesu saat berjalan menuju ruang makan. Ketiga kelompok yang saling bersaing itu baru saja menyelesaikan tiga tugas lapangan (outdoor assignments) yang berbeda tingkat kesulitan dan kompleksitasnya. Pada penugasan pertama yang relatif sederhana, dengan modal semangat dan optimisme tinggi, Team Biru tampil dengan meyakinkan dan tampaknya mereka akan mampu mengungguli kedua lawannya. Ternyata mereka memang membuktikannya.
Namun dengan tingkat kesulitan dan kompleksitas yang meningkat sesuatu telah terjadi disana dan membalikkan keadaan. Terjadi ketegangan diantara anggota, mereka saling silang pendapat dan berdebat dengan sengitnya sehingga keputusan sulit disepakati. Pada dua penugasan terakhir mereka bahkan tidak dapat menyelesaikan tugas karena tidak memiliki effective working produres sebagai akibat dari keputusan yang dibuat asal-asalan berhubung telah melampaui batas waktu yang dijatahkan untuk perencanaan dan pengaturan strategi.
“Wah kacau deh! Masa ngomong aja nggak boleh?” keluh Rambe.
“Lho, kok gitu?”, Tanya Parno dari team Kuning
“Abis semuanya pada ribut sih, nggak ada yang mau ngalah!” sela Yanto yang satu team dengan Rambe, team Biru.
“Iya, gue dibentak ‘nggak usah ngomong lagi!’ sama tuh team leader. Mentang-mentang….!” , sungut Rambe.
“Apa yang terjadi To? Team kalian kan udah kompak tadinya,” selidik Parno.
“Nggak tau deh. Sekarang malah kacau. Kayaknya mundur ke awal lagi.”
“Bener lu To! Kayaknya kita back to square one!” gerutu Rambe.
Benarkah Team Biru kembali ke awal lagi? Mengapa mereka yang sudah kompak tadinya menjadi berantakan layaknya team yang baru dibentuk? Pertanyaan itu menjadi jelas ketika selepas istirahat makan siang para instruktur mengajak peserta ke dalam kelas untuk mengevaluasi perjalanan team selama ini.
Ternyata…
Sebuah team yang solid dan berkinerja tinggi tidak terjadi begitu saja, secara mendadak, secara instan. Team adalah sebuah bentuk kehidupan, karena terbentuk dari kumpulan makhluk hidup yang disebut manusia. Sebagai sebuah kehidupan, team memiliki pula dinamika dan daur hidup. Ia dilahirkan, dibesarkan, tumbuh, berkembang dan dapat pula mati. Sebagai sebuah kehidupan iapun tunduk pada hukum alam.
Alam telah mengajarkan kita tentang perjalanan kehidupan sejak proses kelahiran sesosok makhluk hidup yang begitu menyakitkan dan beresiko nyawa, lalu belajar merangkak dan tertatih, berjalan, jatuh bangun dengan ketergantungan yang mutlak pada orang lain. Kemudian ia menjadi insan yang mandiri, yang mampu mengurusi diri sendiri, yang merasa memiliki dunia. Selanjutnya ia akan berkembang, berkemampuan dan berprestasi, lalu memiliki keyakinan mampu menaklukkan dunia dibawah telunjuknya. Waktu berjalan terus dan ia menjadi mapan, status quo, tidak berkembang lagi sehingga mulai menyadari pentingnya kehadiran serta uluran tangan orang lain; kini kondisinya mulai menurun, lemah, dan menunggu ajal….!
Bagaimana Kurva Kehidupan atau kurva S itu diterjemahkan ke dalam tahapan Team Berkinerja Tinggi? SOBAT merumuskannya dalam formula 6 S yakni Sandiwara, Sengit, Selaras, Solid, Sentausa dan Surut. Adapun tahap ke 6 yakni Surut atau Mati akan dihindari melalui hukum alam yang lain yakni Transformasi. Ikuti bahasan ini dalam artikel selanjutnya.