Stepping Stone

Seri SOBAT - Semua Orang Bisa Hebat - Artikel #056



Proses transformasi memerlukan landasan yang kuat untuk berpijak sebelum melangkah lebih maju. Tanpa landasan tersebut niscaya gerak proses transformasi menjadi lambat, terhambat atau bahkan mandeg ditengah jalan. Oleh karena itu landasan-landasan itu berfungsi sebagai batu pijakan (stepping sone) dan menjadi syarat yang harus dipenuhi sebelum melangkah lebih jauh.

Sebagaimana telah ditulis pada artikel-artikel terdahulu, dalam proses transformasi paling tidak ada enam batu pijakan yang perlu dibangun yaitu :

1. Raih Momentum (Gain Momentum),
2. Rasa Kedaruratan (Sense of Urgency),
3. Jelas Tujuan (Clear Vision),
4. Koalisi Baik (Good Coalition),
5. Bersih Hambatan (Clear Obstacle) serta
6. Raih Kemenangan Kecil (Gain Small Wins).

Mari kita bahas satu persatu point-point diatas karena sangat penting.

Raih Momentum
Momentum yang tepat menjadi salah satu kunci keberhasilan sebuah proses transformasi, mengingat upaya ini memerlukan keterlibatan dari berbagai pihak dan banyak orang. Momentum diartikan sebagai saat dimana terdapat situasi dan kondisi yang mampu memberikan daya dorong yang kuat bagi upaya transformasi.

Momentum hendaknya dicari atau diciptakan. Oleh karena itu perlu direncanakan dan direkayasa dengan cermat dan baik. Termasuk didalamnya adalah waktu, maka pilihlah waktu yang tepat terutama ketika kondisi dan situasi sudah memungkinkan, jangan biarkan momentum itu terlewatkan dengan sia-sia.

Beberapa hal yang dapat menunjang momentum yang baik antara lain :

1. Menarik perhatian
2. Terciptanya semangat dan greget perubahan
3. Heboh dan menggemparkan
4. Mengundang rasa ingin tahu dan penasaran
5. Menimbulkan rasa gemas dengan keadaan saat itu, ststus quo
6. Tersedia dan terkumpulnya sumberdaya
7. orang merasa tidak sendiri, tahu banyak orang sehati dengan mereka.


Rasa Kedaruratan
Rasa kedaruratan (sense of urgency) merupakan salah satu prasyarat berhasilnya proses transformasi. Tanpa ini orang tidak akan merasa perlu mengambil resiko dan bersusah payah untuk melakukan perubahan. Pada umumnya rasa kedaruratan akan muncul apabila orang menghadapi dan mengalami krisis secara langsung. Namun celakanya, orang sering tidak sadar ketika sedang menghadapi krisis hingga situasinya sudah terlambat dan membawa kerugian yang besar.

Suka atau tidak, kerugian atau penderitaan adalah motivator yang ampuh untuk melakukan perubahan. Bahkan Stephen Covey penulis Seven Habits yang terkenal itu berkata, “saya pikir sumber utama perubahan personal adalah derita….”. Jika anda tidak merasa menderita, tidak akan ada cukup motivasi untuk berubah.” Itulah sebabnya perlu dilakukan upaya-upaya yang keras untuk menciptakan kesadaran dan rasa kedaruratan sebelum segalanya menjadi kadaluarsa. Bila perlu dengan menciptakan krisis atau penderitaan yang dirancang untuk penyadaran itu.

Penciptaan rasa kedaruratan dilakukan untuk memaksa orang keluar dari zona kenyamanan (Comfort Zone) yang meninabodokan serta memasung dirinya di dalam baju zirah yang sesungguhnya membenamkan ke dasar laut. Orang didorong untuk menghadapi kesulitan baru, kerja keras, belajar dan berlatih lagi, mengatasi ketakutan dan ketidakpastian baru, kecanggungan dan rasa pedih lagi. Suasana tidak nyaman ini akan mendorong orang untuk keluar dan mengatasinya. Bila berhasil ia akan memiliki kepuasan yang lebih besar dengan zona kenyamanan baru yang lebih luas pula.

NEXT TOPICS

  • Berpikir 'DAN' bukan 'ATAU'
  • Berpikir Induktif
  • Berpikir Ekstrapolatif
  • Mental KERE
  • Kompromi Bukanlah Win-Win
  • Gagal itu juga Sukses!
  • Tujuan Nan Takkan Pernah Gagal
  • QUIZ Sobat
  • Konsep WEIJI
  • Jangan Menghormati PERBEDAAN!

Very Inspiring Video

Recent Comments