Kasih Ibu

Seri SOBAT - Semua Orang Bisa Hebat - Artikel #042



Site Build It!
Hari ke empat adalah hari terakhir para manager kita itu berlatih membangun team berkinerja tinggi melalui outbound, merapatkan barisan menyatukan tekad dengan bekal pengetahuan dan praktek yang semakin banyak. Namun hari terakhir itu merupakan ujian terakhir dan juga terberat atas kemampuan mereka membangun team berkinerja hebat, karena tugas-tugas yang harus mereka selesaikan semakin sulit dan kompleks dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Setiap tugas kali ini dirancang mengandung kadar krisis yang meningkat. Sumber daya dan alat Bantu yang dapat dipakai dibuat seminim mungkin, sehingga praktis team hanya bernodalkan apa yang melekat pada diri para anggotanya.

“Aduh, kita sudah tak punya apa-apa lagi untuk mengerjakan semua ini,” keluh seseorang. “Bisakah saya meminjam alat ini?” pintanya seraya beranjak menuju sejumlah orang yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu.
“Wah, bagaimana ya..? Kami sedang memakainya juga. Tunggu saja dulu, deh.. !” jawab yang diminta.
“Ya, deh..? sahutnya sambil kembali ketempat semula. “Masak menunggu, diam saja begini? Kapan selesainya? Apakah yang bisa saya lakukan?” pikirnya.

Betulkah tidak ada yang dapat dilakukan oleh kawan kita tadi? Benarkah team itu sudah tidak memiliki apa-apa lagi? Jawabannya ADA yang dapat dilakukan dan BANYAK yang masih dimiliki oleh team.

Mari kita lihat!

Perlu dicatat kembali semangat SOBAT yakni keadilan Tuhan YME, yang menyediakan juga peluang bagi orang biasa untuk menjadi hebat dengan cara yang biasa. Konsekwensinya, tentu beliau menyediakan juga modal yang diperlukan untuk itu, yang dimiliki setiap orang, yaitu :

1. Waktu
2. Tenaga
3. Pikiran
4. Benda
5. Hati

Waktu disediakan sama untuk setiap orang, dan kita hanya perlu mengalokasikannya. Tenaga juga dimiliki setiap orang meski tidak sama banyak. Pikiran, sema punya dan tinggal anda gunakan semau anda. Benda, memang tidak dimiliki semua orang begitu saja atau hanya sedikit yang memilikinya secara berlimpah. Tetapi kita semua memiliki hati!

Dan dengan memberikan hati kita, ke 4 modal yang lain diatas dapat anda berikan juga. Dengan memberikan hati kita, secara bersama-sama kita dapat memberikan tenaga, pikiran, waktu, dan tidak mustahil mengupayakan benda-benda yang dibutuhkan.

Sebagaimana dijelaskan pada 'Tanpa Ego Akan Maksimal', peran 'aku' dalam sebuah team adalah berkontribusi, memberi sebanyak-banyaknya dari dirinya. Bukan meminta! ‘Aku’ hanya memiliki satu arah koordinat yakni memberi. Team yang akan menerima. Tugas sang ‘aku’ hanya dua, yakni memberi dan memberi.

Dalam team berkinerja hebat, para anggota sangat menyadari prinsip ‘kasih ibu’ yang hanya memberi tak harap kembali, tidak pula meminta. Ibu memberikan hatinya bagi anak-anaknya dan dengan hati itulah ia memberikan dan memberikan segala yang dapat diusahakannya.

Kesediaan memberi dari seorang ibu menjadi jiwa setiap anggota. Mereka selalu menyapa dengan kata-kata ‘dapatkah saya membantu anda?’, ‘ya, saya mau!’, dan kalimat-kalimat sejenis yang memperlihatkan keinginan untuk memberi atau kesediaan melakukan sesuatu.

Mari kita kembali kepada teman kita yang sedang menunggu sambil berpikir keras tadi.

“Aha.., aku tahu..!” serunya sambil melonjak penuh semangat. “Kenapa nggak terpikirkan dari tadi bisa menggunakan kaus T-shirt, atau ikat pinggang atau tali sepatu atau tali kolor sebagai alat bantu. Kalau perlu kaus ini dirobek-robek memanjang lalu disambung-sambung supaya lebih panjang lagi. Yeaaaaah…!”

Dia benar!
Tugas lapangan ini menyaratkan setiap anggota harus tetap dalam posisi bergandengan tidak terlepas satu dengan yang lain selama mengerjakan tugas sementara antara pekerjaan yang satu dengan lainnya berjauhan jaraknya. Dengan menggunakan pakaian yang melekat di tubuh mereka sebagai tali penghubung, mereka dapat mengerjakan beberapa pekerjaan secara parallel (bersamaan waktu) dan memenangkan tugas terakhir itu.

Pelajaran yang kita petik dari kejadian diatas adalah bahwa kesediaan memberi dengan memberikan hati kita sepenuhnya tidak membuat kita merasa terbatas, miskin dan bermental langka (scarcity mentality) atau 'Mental Kere'. Tanpa kesediaan memberi itu kita sering melupakan apa yang kita miliki, yang melekat pada tubuh dan jiwa kita. Kita lebih sering terfokus pada apa yang dimiliki orang lain atau milik bersama (team atau publik) yang bisa dimanfaatkan.

Dengan 'Mental Kere' itu, apabila ternyata sumberdaya milik bersama tidak cukup memadai untuk mengerjakan suatu pekerjaan, tanpa sadar dan spontan kita merasa tidak berdaya, No, I can’t !! . Bahkan bilapun sadar memiliki secara pribadi sesuatu yang diperlukan, tanpa sadar kita sering berkomentar “Kan, untuk bersama juga. Masak pakai punya saya..?”

Kita sering melupakan bahwa kita kaya. Kita punya hati. Dan itu berarti segala-galanya!

NEXT TOPICS

  • Berpikir 'DAN' bukan 'ATAU'
  • Berpikir Induktif
  • Berpikir Ekstrapolatif
  • Mental KERE
  • Kompromi Bukanlah Win-Win
  • Gagal itu juga Sukses!
  • Tujuan Nan Takkan Pernah Gagal
  • QUIZ Sobat
  • Konsep WEIJI
  • Jangan Menghormati PERBEDAAN!

Very Inspiring Video

Recent Comments