Memberdayakan Team

Seri SOBAT - Semua Orang Bisa Hebat - Artikel #063

Persoalan yang tidak kalah pentingnya bila anda bertanggung jawab sebagai Team Leader atau sebagai Fasilitator bagi sebuah team adalah menciptakan iklim yang hidup, penuh dengan gairah serta motivasi yang membara bagi team anda. Sebagai Team Leader, anda dihadapkan pada dua kesibukan yakni berperan dan bertindak sama seperti anggota team yang lain, namun sekaligus bertanggungjawab pula atas perkembangan team dengan menjadi fasilitator, penggerak dan motivator team.Banyak kelompok kerja yang terbentuk hanya karena mereka memang harus dikelompokkan atas dasar kesamaan tugas, spesialisasi pekerjaan, kesamaan gender, serta berbagai kesamaan yang lain. Pengelompokan seperti ini jelas berbeda platform atau dasar pijakan dengan jiwa pembentukan sebuah team yang justru berlandaskan atas keberagaman dan perbedaan yang dimiliki setiap anggota (building on differencies) baik berupa keterampilan, pengetahuan, bakat, kekuatan fisik maupun pengalaman, latar belakang budaya, sifat dan karakter individu anggotanya.Tentu menjadi tantangan tersendiri bagi team leader atau fasilitator untuk membangun team yang ‘hidup’, yang memiliki dinamika tinggi dan haus tantangan.

Didalam organisasi kerja dan team, memberdayakan membawa beberapa pengertian utama antara lain:

1. Memberikan kekuatan atau menjadikannya berdaya.
2. Memberikan kesempatan bagi anggota untuk memperbaiki organisasi
3. Cara dalam menata (structuring) kewenangan dan tanggung jawab kepada setiap anggota untuk mengendalikan sepenuhnya keputusan yang mereka buat.

TENAGA
Ketiga pengertian diatas semuanya diwarnai oleh satu hal yang sama yakni pendistribusian kekuasaan atau kewenangan (kepada setiap anggota) yang menjadi unsur utama seseorang menjadi berdaya, sehingga setiap individu memiliki kekuatan untuk menggerakkan semua potensinya dan bertindak atas prakarsa dari dalam dirinya, tidak sekadar menunggu perintah.
Pendistribusian kekuasaan ini merupakan manifestasi dari prinsip dasar yang dianut yakni manusia adalah aset yang paling berharga dalam sebuah organisasi. Manusia dipandang sebagai makhluk yang memiliki potensi yang mampu dikembangkan terus menerus, tidak terbatas serta tidak akan habis karena memiliki sumber dari segala sumberdaya yakni akal dan terutama

BUDI
Konsep ini tidak akan dianut apabila paradigma yang melandasinya memandang manusia sebagai pemilik tenaga fisik saja. Anda akan menjadikan mereka angka yang dapat dijumlahkan, dikalikan, atau dibagi secara linier begitu saja. Para birokrat menyebutnya tenaga kerja. Kemampuannya dihitung berdasarkan besaran kuantitasnya. Konsep buruh adalah cara pandang seperti ini. Sistem perlakuan yang diterapkan pada konsep buruh didasarkan pada paradigma ‘command and control’ atau perintah dan pengawasan. Orang dipandang sebatas leher ke bawah (neck down).

Konsep pemberdayaan juga tidak akan dipilih andai anda hanya memandang manusia sebagai makhluk berakal plus sedikit tenaga. Orang menyebutnya dengan ‘sumber daya manusia’, sekawan dengan sumberdaya yang lain semisal bahan baku, uang, mesin atau peralatan, yang menjadi perangkat penggerak operasi organisasi, sehingga perlu dikelola dengan optimal. Para pengusaha menyebutnya karyawan. Konsep ini masih berlandaskan paradigma command and control dengan tekanan utama pada control-nya karena SDM adalah makhluk yang tidak dapat dipercaya. Prosedur dan peraturan dibuat ketat dan kaku.

Dalam konsep pemberdayaan, manusia dipandang sebagai 'manusia', yang memiliki budi bermuatan nilai-nilai luhur yang mampu menggerakkan akal pintarnya untuk menemukan cara-cara terbaik dan kemudian memerintahkan tubuh untuk bergerak secara optimal. Di dalam konsep pemberdayaan, manusia dilihat sebagai asset utama yang bertindak sebagai subyek penggerak organisasi, bukan sebagai obyek untuk dikelola. Manusia perlu dibimbing dan dipimpin, sekali lagi, bukan dikelola.

CIRI- CIRI PEMBERDAYAAN
Pemberdayaan dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan baik oleh lingkungan atau organisasi yang memberdayakan (empowered organization). Organisasi atau lingkungan yang menyediakan peluang secara luas serta merangsang para pelakunya (manusia) untuk mengembangkan diri dan mengeluarkan seluruh potensi dirinya secara maksimal.

Ciri-ciri organisasi yang memberdayakan antara lain adalah memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk:

1. Memperkaya muatan pekerjaan (job content), tidak kaku sebatas deskripsi pekerjaan yang formal.
2. Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan.
3. Merangsang kreativitas dan inovasi.
4. Lebih banyak mengendalikan dan mengambil keputusan atas pekerjaan.
5. Memberikan kepuasan kepada pelanggan.
6. Memelihara orientasi terhadap pasar.

Lingkungan yang demikian akan menjadi lahan subur bagi persemaian pemberdayaan para anggotanya. Orang yang terberdayakan, empowered people, memiliki ciri nyata yakni:

1. Merasa bertanggung jawab
2. Pemecah masalah yang aktif (active Problem Solver)

Adapun tim yang terberdayakan memiliki ciri-ciri:

• Giat bekerjasama untuk memperbaiki kinerja team secara kontinyu.
• Mengejar standar produktivitas yang tinggi.

Peran pemimpin organisasi dan juga team leader sangat vital dalam memfasilitasi terciptanya lingkungan yang memberdayakan serta memimpin anggotanya menjadi empowered dan membentuk team yang terberdayakan.

Pertanyaan yang sering muncul dan bersifat dilematis adalah sejauh mana kebebasan harus diberikan demi peluang menciptakan kreativitas dan apakah pengendalian (control) harus ditinggalkan sama sekali?

Yang perlu diingat pertama adalah tujuan pemberdayaan itu sendiri yaitu memberikan kepuasan pelanggan dengan menciptakan kualitas yang tinggi sehingga pelanggan mendapatkan manfaat sebesar-besarnya. Mengenai manfaat dan nilai tambah, silakan baca juga pembahasannya pada artikel 'Tentang Nilai Tambah'.

Kedua hal itu hendaknya tidak dipandang sebagai dilema tetapi saling melengkapi, karena keduanya memang diperlukan untuk tujuan yang sama yaitu kualitas dan kepuasan pelanggan. Demi kualitas dan kepuasan pelanggan yang tinggi itulah yang menjadi acuan pemberian kebebasan maupun pemberlakuan pengendalian.

Kebebasan diberikan untuk mengejar kreativitas sedangkan pengendalian diberlakukan untuk menjamin kualitas yang tinggi serta pemanfaatan sumberdaya secara optimal mengingat sifatnya yang terbatas. Jadi, persoalannya terletak pada menemukan keseimbangan yang tepat antara keduanya sebagaimana ilustrasi dibawah ini.


NEXT TOPICS

  • Berpikir 'DAN' bukan 'ATAU'
  • Berpikir Induktif
  • Berpikir Ekstrapolatif
  • Mental KERE
  • Kompromi Bukanlah Win-Win
  • Gagal itu juga Sukses!
  • Tujuan Nan Takkan Pernah Gagal
  • QUIZ Sobat
  • Konsep WEIJI
  • Jangan Menghormati PERBEDAAN!

Very Inspiring Video

Recent Comments