Seri SOBAT - Semua Orang Bisa Hebat - Artikel #037
Nyali ke-empat dari SOBAT - Semua orang Bisa Hebat untuk membagun sebuah team yang berkinerja hebat adalah melihat resiko, masalah, krisis maupun bencana sebagai peluang.
Team Bernyali Hebat senantiasa berusaha mencari peluang dari balik resiko, hambatan atau masalah. Disini kita sebut saja kendala. Mereka tidak serta merta memandang kendala sebagai sesuatu yang negatif. Bagi mereka, kendala hanyalah cara pandang dalam kerangka berpikir tertentu, - yang umum digunakan kebanyakan orang – yang akan dapat menjadi peluang jika diterapkan dalam kerangka berpikir yang lain dengan cara pandang yang berbeda.
Setiap kali menghadapi kendala mereka tidak bersikap reaktif dalam meresponsnya, tetapi berhenti untuk mengambil jarak yang cukup agar dapat melihat dengan perspektif lain.
Simak contoh berikut ini:
(atau baca pula artikel ini)
Dalam sebuah pelatihan outbound tiga team ditugaskan untuk mengambil sebuah benda yang mutlak diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas atau proyek. Benda itu terletak di permukaan laut sejauh 30 meter dari garis pantai. Ombak musim barat setinggi 1 – 1,5 meter datang silih berganti menerjang pantai berpasir yang landai itu.
Salah satu dari ketiga team itu memiliki komposisi anggota yang tidak ideal untuk tugas itu. Hanya satu orang dari 10 anggota team itu yang pandai berenang. Mereka hanya dibekali baju pelampung dan seutas tali sepanjang 15 meter yang harus dipegang oleh semua anggota team sebagai pemersatu diantara mereka agar tidak terpisah dan hanyut terbawa arus. Kedua tim lawannya lebih beruntung karena hanya 1 atau 2 orang saja dari kelompok mereka yang tidak pandai berenang. Menyadari keadaan itu, team yang kurang beruntung itu mencoba mencari peluang dari kelemahan yang mereka miliki.
Dan mereka mendapatkannya.
Karena hampir semua anggota tidak berani maju terlalu jauh dari bibir pantai, mereka memutuskan untuk mengulurkan tali itu sejauh mungkin yang ujungnya dipegang dan dibawa oleh satu-satunya anggota yang pandai berenang. Rekan inilah yang diberi tugas untuk mengambil benda tersebut. Dengan cara itu anggota yang tidak pandai berenang tidak perlu harus susah payah menuju letak benda itu berada, cukup sampai sebatas tali itu tetap terhubung dengan rekan yang bertugas mengambil.
Sementara itu kedua team pesaingnya merasa yakin mereka akan memenangkan tugas kali ini karena memiliki modal lebih banyak anggota yang dapat berenang dengan baik. Mereka hanya perlu membantu dan mengawal satu atau dua anggota yang tidak pandai berenang, dan bersama-sama maju menuju benda target itu. Hasilnya, kedua team ini kalah cepat dibandingkan dengan team yang “kurang beruntung” itu.
Ternyata, dengan memanfaatkan kelemahan yang dimiliki, mereka menciptakan peluang untuk menang karena dengan hanya seorang yang berenang menuju benda target, ia dapat lebih leluasa bergerak sesuai kecepatan yang dipunyainya. Sedangkan kedua team yang lain harus mengatur gerak mereka bersama-sama dan disesuaikan dengan yang harus membantu rekan yang tidak pandai berenang.
Salah satu contoh yang digunakan Team Bernyali Hebat dalam memandang resiko sebagai peluang ialah soal biaya dan denda. Mereka memandang biaya sebagai konsekwensi wajar untuk memperoleh sebuah hasil yang lebih besar. Bagi mereka biaya adalah investasi, dan sebagai investasi ia tidak boleh dihindari dan dijauhkan. Justru sedapat mungkin diperbesar bila memberikan prospek yang lebih bagus. Mereka lebih menitikberatkan pada cost effectiveness dari pada cost efficiency.
Oleh karena itu mereka tidak terpaku pada upaya efisiensi biaya, yaitu memangkas biaya yang tidak perlu, tetapi lebih terfokus dan berorientasi pada manfaat biaya itu. Mereka tidak akan ragu untuk memperbesar biaya itu bila melihat peluang untuk menghasilkan nilai tambah yang jauh berlipat ganda. Lebih jauh mengenai cost effectiveness vs cost efficiency silakan baca : Mengasah Keterampilan Memupuk Pemahaman.
Dalam hal denda, mereka memandangnya sebagai komponen biaya yang harus dibayarkan bila dapat menghasilkan pembelajaran yang bermanfaat demi sebuah sukses yang lebih besar. Denda tidak dipandang sebagai hukuman yang memalukan dan menurunkan martabat team, kecuali jika melanggar nilai-nilai atau norma team, etika, moral dan bertindak kriminal.
Bagi mereka, denda bukanlah sebuah tabu yang membuat anggota team takut berbuat salah sehingga team terkena denda, melainkan sebuah konsekwensi wajar yang harus ditanggung akibat kekeliruan, kesalahan ataupun keteledoran.