Seri SOBAT - Semua Orang Bisa Hebat - Artikel #012
Landasan nilai ketiga (ini juga bukan berarti tidak lebih penting dari yang pertama atau kedua) yang sangat diperlukan untuk membangun Tim berkinerja luar biasa adalah sikap saling membutuhkan justru pada saat seseorang makin memiliki kompetensi yang tinggi. Ini persis seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk.
SIlakan merenungi hukum alam yang hebat ini!
Maturitas atau kedewasaan seseorang ditunjukkan dari kesadaran dan sikapnya bahwa hidup adalah saling bergantung satu dengan yang lain, saling membutuhkan dan saling melengkapi (sense of interdependency). Makin tinggi tingkat kedewasaan seseorang semakin tinggi pula dia menyadari bahwa hidup tidak dapat dijalani tanpa kehadiran dan bantuan orang lain disekitarnya.
Hukum alam mengajarkan kepada kita bahwa rasa saling bergantung merupakan tingkat kedewasaan yang paling tinggi. Perhatikan perjalanan hidup kita semenjak dilahirkan ke dunia hingga mencapai usia tua. Sesosok bayi tentu sangat bergantung hidupnya (dependent) kepada orang-orang disekitarnya. Dia bahkan tidak dapat hidup tanpa uluran tangan orang lain. Anda tentu tidak akan membiarkan bayi itu berada di tepi lubang sumur tanpa penjagaan, karena dia belum layak dipercaya. Dan bila dia berbuat salah, ngompol atau buang air sembarangan, andapun sudah tentu tidak akan memarahinya karena anda memakluminya sepenuh hati bahwa ia belum dapat dimintai pertanggung-jawaban. Jadi, bila seseorang tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya, ia tergolong dalam kaum bayi, manusia dengan tingkat kedewasaan paling rendah.
Beranjak besar, selepas remaja, seseorang akan meningkat kemampuannya, merasa dapat melakukan segala sesuatunya sendiri, mengatur hidupnya sendiri dan bila mungkin tidak berada dibawah kendali orang lain. Dia merasa mandiri. Dan bila dia memang mampu hidup mandiri, dia menjadi layak dipercaya dan patut bertanggung-jawab atas segala tindakannya.
Bertambahnya pengalaman hidup – terutama akibat benturan dan kegagalan - akan membawa seseorang pada kesadaran dan pemahaman bahwa kemandirian yang dimilikinya tidak sepenuhnya dapat menyelesaikan secara sendiri segala persoalan hidup. Pengalaman akan mengajarkan kepadanya bahwa dengan bekerjasama ia akan memperoleh hasil yang lebih besar, lebih cepat dan lebih efisien. Pemahaman ini pada akhirnya akan membawa dia kepada rasa membutuhkan orang lain dan dibutuhkan oleh orang lain. Dia menjadi terbuka untuk bekerja sama, menjadi lebih santun dan mau menghargai orang lain.
Jadi, ukuran tingkat kedewasaan seseorang, bukanlah dilihat dari banyaknya umur yang dimiliki atau keriput dan uban yang menghiasai kepala, melainkan seberapa dalam kesadaran saling bergantung dengan sesama serta dengan lingkungan. Semakin dini seseorang menyadari dan memiliki sikap itu, semakin cepat dewasalah ia, meskipun dari segi umur mungkin terbilang masih belia. Sebaliknya betapapun tuanya seseorang, bila sikap dan perilakunya tidak membuat orang lain mau bekerjasama dengannya, ia belum dapat dikatakan dewasa. Pepatah lawas mengatakan “Menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan”
Terkait dengan itu, kedewasaan seseorang terikat erat dengan kemampuannya membedakan antara yang benar dan salah dan kemudian melaksanakan yang dinilai benar itu. Hanya dengan mampu mengetahui yang benar namun tidak melaksanannya, belum berarti memiliki tingkat kedewasaan yang tinggi. Dan yang tidak kalah sulitnya adalah memilih yang benar diantara populasi yang salah atau sebaliknya mengetahui yang salah diantara populasi keyakinan kebanyakan orang yang mengatakannya benar. Anda tidak larut dan terbawa arus begitu saja, melainkan setia kepada kebenaran yang hakiki.
Kedewasaan juga berarti mampu menyeimbangkan antara keberanian ( courages), percaya diri karena merasa mandiri, dengan pertimbangan (considerations) terhadap kepentingan berbagai pihak.
1989, Perestroika, Democracy,Glasnost, Reforms! Source: 25 Red Snap Shot
1989, Perestroika, Democracy,Glasnost, Reforms! Source: 25 Red Snap Shot
Tentunya anda tidak perlu heran melihat kondisi masyarakat kita sekarang berdasarkan hukum alam diatas. Mereka menikmati kebebasan setelah puluhan tahun berada dalam kondisi (tepatnya dibuat agar) dependen, bergantung pada pusat (Jakarta). Sayangnya eforia ini cenderung kebablasan karena tidak segera dibimbing ke tingkat kedewasaan yang lebih tinggi yakni kesadaran saling bergantung. Ketidakdewasaan ini terlihat jelas dari banyaknya orang yang mengartikan demokrasi sebagai kebebasan tanpa peduli terhadap kepentingan orang lain, mengingkari keanekaragaman dengan mengedepankan kuantitas (quantity democracy). Kita juga mestinya tidak perlu kaget terhadap hasil referendum Timor Timur yang memilih merdeka setelah sebelumnya sangat bergantung pada Jakarta. Sama seperti Uni Soviet tahun 1980-an, setelah ‘Glasnost’ dan ‘Perestroika’ dikumandangkan oleh Mikhail Sergeyevich Gorbachev maka bermunculanlah negara-negara baru eks negara bagian yang sebelumnya sangat bergantung kepada Kremlin.
Dilain pihak, negara-negara Eropa Barat yang telah puluhan tahun merdeka justru mengikatkan diri dengan membentuk Uni Eropa karena sadar saling bergantung, agar dapat tetap dan unggul bersaing di era globalisasi. Jadi, hukum alam akan terus berjalan. Yang perlu dirisaukan hanyalah bila kita tidak segera mampu menciptakan rasa saling bergantung itu. Kita gagal membuat diri kita dewasa.